Sabtu, 14 November 2009

Pleasure Seekers

  • Pleasure seker tipikal pengemar hura-hura sejati, ciri-cirinya adalah gaya hidup yang mencari kesenangan pribadi, individualistis, tidak ambil pusing dengan urusan sekelilingnya , yang penting dirinya happy, apa yang terjadi dengan orang bukanlah urusan mereka.
  • Mereka adalah pengikut fanatik trend terbaru dimasyarakat jangan heran jika melihat mereka selalu berganti-ganti dandanan dan penampilan, karena mereka senantiasa berupaya tampil modis. Kelompok ini tidak mempunyai prinsip dasar yang kuat, cenderung ikut-ikutan
  • Sebagai orang yang tidak mempunyai prinsip dasar yang kuat, mereak juga enggan terikat rutinitas. Bagi mereka hidup itu harus penuh dengan warna khususnya warna-warna cerah, tak heran jika mereka umumnya enggan menghadapi perubahan besar yang mungkin akan menghulubalangkan kehidupan mereka. Bagi mereka hidup itu begitu ringan bagaikan air yang mengikuti alurnya.
  • Ciri-ciri kelompok ini memang mendekati kelompok attention seeker yang menempati urutan kedua 17% di Indonesia. Perbedaannya, pleasure seeker tidak ingin terlalu menonjol dan tampil beda serta kurang peduli pada gengsi.
  • dengan gaya hidup yang penuh hura-hura ini menurut logikanya, para pleasure seeker membutuhkan biaya yang cukup besar, dan dari karakteristiknya itu mudah diduga kelompok ini didominasi oleh para remaja (teenager) yang populer disebut ABG (anak baru gede) namun rupanya tidak demikian,mayotitas kelompok ini justru mereka yang berusi 30 tahun ke atas, dan berasal dari kelas sosial rendah.
  • Sebagai orang yang menyukai kemudahan, mereka tergolong akrab dengan teknologi tinggi, komputer, piranti audio visual, piringan laser dan telepon genggam bukan benda asing bagi mereka. Bahkan dibandingkan segmen-segmen lainnya, Pleasure seeker menempati urutan kedua dalam pemilikan peralatan audio visual, sedikit dibawah attention seekers. Dalam pemilikan telepon genggam mereka menempati urutan ketiga 13,14% hanya selisih sedikit dengan loner 13,93% dan achiever 13, 35%
  • Kepraktisan tak selamnya menjadikan pertimbangan mereka. Ambil contoh dalam hal kopi, meski nescafe dan indocafe lebih praktis diseduh dan mudah larut, toh mereka lebih memilih kopi Kapal api yang menurut mereka lebih wangi aromanya serta mempunyai rasa kopi asli.
  • Sebagai kelompok yang mengikuti trend, pleasure juga terbilang rajin mengikuti berita-berita utam, namun bila dibandingkan sumber beritanya rupanya mereka senag memirsa TV dan mendengarkan radio ketimbang membaca koran, majalah atau tabloid dibandingkan selurh segmen lainnya mereka memang paling banyak menghabiskan waktu luang dengan memirsa TV/video 13,14% sama dengan kelompok attention seekers.
  • Untuk mencari hiburan pleasure seekers lebih suka jalan-jalan ke shoping mall, ketimbang sekedar ke bioskop, pasalnya di mall yang kini biasanya juga ada bioskop mereka bukan hanya bisa nonton film, tapi juga sambil melihat-lihat (window shoping) ataungeceng (cuci mata).
  • Yang juga menarik ternyata pleasure seekers paling gemar menggunakan jamu tradisional dibandingkan segmen lainnya. Agaknya hal ini ada hubungannya dengan anggapan mereka bahwa jamu-jamuan akan membuat mereka tampil lebih prima.
  • dengan ciri-ciri khas seperti ini para produsen tentunya bisa merancang produk yang paling tepat untuk mereka. Pendekatan ke segmen ini haruslah menonjolkan unsur kesenangan (Fun) kemudahan, kenyamanan, santai, dan warna-warni yang ceria. Produk yang ditujukan ke segmen ini seyogyanya diletakan pada tempat-tempat yang mencolok dan mudah terlihat, misalnya display khusus di mall-mall dan pasar swalayan. Faktoe SES yang rendah harus menjadi pertimbangan produsen dalam menyusun strategi penentuan harga, misalnya jangan menentukan harga yang terlalu tinggi untuk membidik segmen ini. Keosekuensinya kulitas mungkin bisa dinomorduakan, apalagi mereka juga gemar berganti mode, keawetan produk mungkin tidak menjadi perhatian utama mereka.

Tidak ada komentar:

Artikel Terpopuler